Perum Perhutani Unit II Jawa Timur membukukan laba tahun buku 2012 tertinggi dalam lima tahun terakhir. “Laba tahun lalu tercatat Rp 223,7 miliar,” kata Sekretaris Unit dan Kepatuhan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, Yahya Amin, di aula kantor Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Ds, Kota Madiun, Selasa, 12 Februari 2013.
Angka tersebut naik 144 persen dibandingkan perolehan pada tahun 2011 sebesar Rp 154,9 miliar. Peningkatan laba didorong penjualan produk, seperti kayu, nonkayu, dan ekowisata.
Pada 2008, Perhutani Unit II Jawa Timur membukukan laba Rp 64,3 miliar. Tahun berikutnya turun menjadi Rp 61,15 miliar, lalu melonjak pada tahun 2010 menjadi Rp 83,6 miliar.
“Tahun ini, kami akan terus meningkatkan kinerja pengelolaan hutan dan perusahaan yang mencakup tiga aspek,” ujar Yahya. Tiga aspek yang dimaksud: kelola produksi, kelola sosial, dan kelola lingkungan.
Selama 2012, Perhutani Jatim menanam di area seluas 13.591 hektare dengan jumlah bibit lebih dari 27 juta. Di antaranya, jati, pinus, mahoni, damar, kesambi, dan sengon.
Tebang habis produksi kayu seluas 1.670 hektare dengan volume 499.225 meter kubik. “Pohon yang ditebang jauh lebih sedikit dibanding pohon yang ditanam.” Jenis kayu yang ditebang, antara lain jati, sebanyak 176.525 meter kubik dan rimba (nonjati) 322.700 meter kubik. Sedangkan produksi nonkayu, seperti getah pinus, selama 2012 mencapai 34 ribu ton dan daun kayu putih 18 ribu ton.
Administratur KPH Lawu dan sekitarnya, Johan Suryoputro, mengatakan, selama 2012, dari area seluas 8.892 hektare, pohon pinus menghasilkan getah sebanyak 8.138,7 ton. “Realisasi getah pinus ini melebihi target 7.852,5 ton,” kata Johan. Luas wilayah KPH Lawu 52.385 hektare meliputi Magetan, Ngawi, Madiun, Ponorogo, dan Pacitan.
ISHOMUDDIN
tempo.co // Selasa, 12 Februari 2013 | 16:45 WIB