DETIK.COM (01/04/2024) | Jati Denok di Banjarjero Blora selain menjadi primadona karena usianya yang mencapai ratusan tahun juga karena legendanya di masyarakat. Konon di tempat tersebut pernah menjadi tempat berlindung putri Kediri yaitu Candra Kirana untuk bersembunyi. Selama persembunyiannya sang putri juga dijaga oleh seekor harimau yang dikenal sebagai raja rimba.

Hal ini sebagaimana diceritakan oleh seorang pemerhati sejarah asal Blora, Totok Supriyanto yang juga seorang penulis sejarah. Jati Denok tumbuh berada di hutan belantara yang meliputi beberapa wilayah pedukuhan di Kecamatan Banjarejo Blora.

“Berdasarkan legenda di wilayah Banyuurip (Dukuh di Desa Banjarejo) ada seorang bernama Candra Kirana. Dia adalah seorang putri Kediri yang lari dari kerajaan,” ucapnya saat ditemui di rumahnya di Blora, Jumat (29/3/2024).

Pelarian Candra Kirana menjadikan seluruh orang-orang kerajaan bergerak mencari keberadaannya. Salah satu tokoh yang mencarinya adalah Raden Panji Inu Kertopati.

“Akhirnya muncul banyak tokoh yang mencari, salah satunya Raden Panji Inu Kertopati yang mencari Candra Kirana untuk dijadikan istri,” papar Totok.

Totok menjelaskan, untuk tahun kejadiannya tidak bisa dipastikan masanya. Menurutnya, yang namanya legenda itu tidak bisa ditentukan tahun masanya. Dalam urusan legenda seorang putri raja diyakini selalu dijaga oleh harimau.

“Candra Kirana tinggal di Banyuurip di tengah hutan belantara, hutan jati. Yang dijaga oleh hewan harimau. Cerita ini kemudian masyhur di lakon barongan Blora,” jelasnya.

Cerita lakon Blora banyak diambil dari cerita hewan buas penjaga hutan yaitu harimau. Siapapun yang hendak mencari Candra Kirana harus siap berhadapan dengan keganasan harimau.

“Siapapun yang menemui Candra Kirana harus berhadapan dengan harimau yang menjaga hutan jati ini. Termasuk di dalamnya jati denok,” jelasnya.

Sebagai informasi, Jati Denok tumbuh di petak 62B, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Temetes, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanjang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung. Tepatnya berada di hutan wilayah Desa Jatisari, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.

Bentuknya yang tidak bulat, terdapat beberapa cekungan pada pohon ini. Cekungan paling banyak yaitu di bagian pangkal. Jati denok memiliki lingkar keliling sekitar 9 meter dan butuh setidaknya tujuh rentangan tangan manusia dewasa untuk mencakupnya. Batangnya menjulang tinggi ke langit sekitar 30 meter. Pohon tua berusia ratusan tahun ini ketika dirupiahkan mencapai miliaran.

Berdasarkan pantauan detikJateng, untuk menuju situs budaya jati denok ini memerlukan perjalanan sejauh 17 kilometer dari pusat kota. Lebih dari 4 kilometer perjalanan terakhir, jalan masih bebatuan, beberapa telah dibangun berupa makadam, ada juga susunan batu yang tidak teratur membuat perjalanan mesti ekstra hati-hati.

Keberadaan jati denok berada di tengah hutan yang dikelola oleh Perhutani. Batang besar jati denok memiliki tinggi sekitar 30 meter dengan keliling batangnya mencapai 6,5 meter.

Jati denok berada di atas bukit kendeng Blora. Lokasinya paling tinggi, berada di tengah-tengah antara Blora dan Randublatung. Ketika melihat ke arah selatan bisa melihat lembah Randublatung dan ketika melihat utara bisa melihat lembah Blora.

Sekitar jati denok dikelilingi dua pohon jati yang cukup besar, namun karena dekat dengan jati denok, pohon itu terlihat kecil. Ada juga pohon sono keling. Sering kali pohon jati berukuran jumbo ini tersambar petir, hingga kerusakan terjadi pada batang pohon.

Pada batangnya keropos dan lapuk, tengahnya bolong. Tidak ada cabang batang yang besar akibat tersambar petir. Hanya terlihat cabang-cabang kecil di pucuk pohon. Itu pun tidak ada daun. Sedikit sekali daun yang tumbuh dengan ukuran yang sedikit kecil. Melihat kondisi pohon jati denok ini, dimungkinkan lambat laun akan mati.

Jati denok juga telah berhasil menyabet rekor MURI berusia 356 tahun pada 23 Juni 2008 lalu. Pemecahan rekor MURI itu digagas oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Blora di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora.

 

Sumber : detik.com