Kendati sudah berada di ujung musim kemarau, masyarakat di sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat masih kesulitan memperoleh air bersih. Apalagi, mereka membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Selain untuk minum dan memasak, mereka juga membutuhkan air untuk menyiram tanaman pangan dan hijauan ternak, Ya, kini, sebagian masyarakat didera krisis air.
Namun, ada sekelompok masyarakat — di tengah kondisi seperti ini —  yang malah tenang-tenang saja. Pasalnya, pasokan air masih lancar, baik untuk minum, menyiram tanaman, maupun sumber pakan ternak, Musim kemarau  hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap kehidupan mereka.
Pada umumnya, gambaran itu berlaku bagi sejumlah masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan yang lestari. Sejauh ini, pasokan air —  sebagai objek vital untuk menopang kehidupan — masih lancar. Dengan demikian, berbagai aspek yang mereka jalankan pun masih relatif  lancar, Sekadar menyebut beberapa contoh, keadaan itu berlaku di kawasan kaki Gunung Manglayang (Kabupaten Bandung), Kecamatan Cimanggung (Kabupaten Sumedang), Kecamatan Babakan Madang (Kabupaten Bogor), dan Kecamatan Terisi (Kabupaten Indramayu). Secara umum, masyarakat di wilayah-wilayah itu bermatapencaharian sebagai petani dan peternak, Karena sangat bergantung terhadap pasokan air, semaksimal mungkin mereka akan menjaga kelestarian hutan di sekitar tempat tinggal.
Nana Yohana, Ketua Kelompok Petani-Peternak “Sejahtera”, Kecamatan  Cimanggung, Kabupaten Sumedang, mengungkapkan bahwa sejauh ini, para peternak sapi perah serta petani sayuran dan hortikultura setempat masih tenang-tenang saja. “Soalnya, pasokan air dan pakan hijauan masih terjamin. Ini pengaruh dari membaiknya kawasan hutan, baik hutan negara maupun hutan rakyat di kawasan Gunung Geulis. Masyarakat memperoleh manfaat langsung,” katanya.
Menurut dia, membaiknya kualitas kawasan hutan, membuat persediaan air terjamin, Mereka pun masih bisa memperoleh pakan hijauan, seperti rumput gajah dan sisa tanaman jagung dari kawasan tersebut. Tak heran jika kemudian ternak sapi perah yang diusahakan masyarakat mampu menghasilkan susu segar 10-11 liter setiap hari.
Gambaran serupa dialami sejumlah masyarakat di sekitar Gunung Manglayang. Sahdi, Ketua RW 2 Desa Cilengkrang, Kabupaten Bandung mengatakan, membaiknya pasokan air dari kawasan hutan lindung sangat terasa manfaatnya, baik secara moral maupun ekonomi, bagi masyarakat setempat. Apalagi, tak kurang dari 75 persen masyarakat di kawasan tersebut menggantung kehidupan pada sektor peternakan sapi perah. Sisanya menjadi petani dan budi daya hortikultura jeruk bali.
Selain kelancaran pasokan pakan ternak, melimpahnya air di kawasan tersebut membuat para peternak bisa memandikan sapi perahnya empat kali dalam sehari. Apalagi, masyarakat setempat memiliki kebiasaan seperti untuk menghindarkan ternak sapi dari penyakit.
Menurut dia, kondisi kawasan Gunung Manglayang saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan periode 1998-2002 1alu. Saat itu, kondisi hutan rusak parah. Alhasil, usaha agro yang dilakoni banyak warga setempat berjalan kurang optimal hingga tahun 2006. “Produksi susu sapi hanya 7-9 liter per hari. Usaha tanaman jeruk bali pun gagal lantaran kekurangan air yang kemudian disusul serangan hama kupu-kupu besar. Kondisi itu pun terasa pula dalam aspek kehidupan lainnya. Kami kekurangan air untuk minum,”  tuturnya.
Manfaat eksistensi kawasan hutan terhadap masyarakat umum, secara berantai, rupanya dirasakan  pula oleh masyarakat perkotaan. Paling tidak, hal itu berlaku bagi masyarakat dua desa di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, yakni Desa Linggar dan Desa Jelegong. Jumat (16/9) lalu, mereka menerima bantuan air bersih 21 tangki yang dikirimkan oleh Perum Perhutani Unit III Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara.
Mereka telah memperoleh manfaat melalui bantuan pasokan air pada saat diperlukan. Apalagi, mereka memang membutuhkan itu lantaran kualitas air di wilayah setempat tidak bagus karena sudah tercemar limbah  pabrik. Dalam waktu dekat, hal serupa juga akan dilakukan oleh KPH Tasikmalaya (kepada masyarakat Desa Cikatomas), KPH Garut (ke Desa Sindangsuka, Desa Keresek, Desa Cipicung, Desa Mekarsari, Kec. Cibatu), dan KPH Sumedang (ke Songgom).
Kepala Desa Linggar Asep Nanang, didampingi Sekretaris Desa Tito Sumitro, mengatakan bahwa bantuan air bersih yang dipasok dari kawasan hutan sangat bermanfaat. “Kendati manfaatnya dirasakan secara tak langsung, bantuan pasokan  air bersih tersebut mengingatkan warga terhadap pentingnya menjaga kelestarian dan keamanan hutan,” katanya.
Sebenarnya, beberapa waktu  lalu, Gubemur Jawa Barat Ahmad Heryawan telah mengingatkan soal ini ketika bersilaturahmi dengan masyarakat di sekitar Gunung Manglayang. Ia berpesan, upaya perlindungan dan pelestarian kawasan hutan di Jabar agar dilakukan secara serius dan optimal dengan dukungan masyarakat.
Menurut dia, manfaat dan efek keberadaan kawasan hutan akan segera terlihat manakala sedang memasuki musim kemarau. Eksistensi hutan akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, apalagi daerah Jabar diketahui memiliki jumlah penduduk sampai 43jutajiwa. “Hutan lestari — yang keamanannya terjaga akan sangat terasa manfaatnya. Tak hanya bagi terdekat, tetapi juga memberikan manfaat berantai hingga ke pekotaan baik langsung maupun tak langsung. Ini menyangkut kepenting  air yang bersumber dari kawasan hulu (di hutan), seperti di perbukitan Bandung, sejumlah wilayah di Sumedang, Indramayu, Bogor, Sukabumi,;  dan Priangan Timur,” katanya.
Kepala Unit III Perum Perhutani Bambang Setiabudi mengatakan bahwa  Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun sudah menugaskan untuk membina hutan-hutan rakyat dan lingkungan sekitar. Pembinaan di  antaranya melalui bantuan bibit, transfer ilmu dan teknis pengelolaan hutan rakyat, dan pembelian kayu rakyat. Harapannya, hal itu akan memunculkan  motivasi masyarakat agar memelihara dan mengelola hutan secara baik, “Upaya menjaga kelestarian dan keamanan hutan tak cukup hanya mengandalkan negara. Hal itu harus pula beriringan dengan hutan rakyat ataupun kepedulian masyarakat sendiri. Dengan demikian, manfaatnya maksimal  terasa, terutama pada musim kemarau,” katanya.
Nama Media : PIKIRAN RAKYAT
Tanggal           : Selasa, 27 September 2011, Hal. 25
Penulis            : KODAR SOLIHAT
TONE               : POSITIVE