JEMBER. Setiap hari sejak kecil, Nurbaiti, salah seorang warga dusun Tetelan desa Seputih kecamatan Mayang kabupaten Jember, pergi ke pinggiran hutan petak 15C RPH Seputih BKPH Mayang KPH Jember untuk mandi dan mencuci pakaian.
Dua kali dalam sehari, ia dan para tetangganya datang ke tepian hutan tersebut untuk melaksanakan personal care seperti halnya masyarakat pada umumnya. Tidak hanya mandi yang mereka lakukan di lokasi mata air yang sejuk, bening dan masih asri tersebut. Di tempat itu pula mereka saling bersilaturrahmi, bertukar informasi hasil pertanian dan bersenda gurau. Ketika hendak pulang, mereka pun tidak pernah lupa untuk selalu membawa segalon air untuk keperluan personal care lainnya seperti untuk keperluan memasak dan minum keluarganya.
Kebiasaan harian tersebut sudah mereka lakukan selama puluhan tahun. Sedikitpun mereka tidak pernah merasa jenuh bahkan mereka mengaku sejak kecil kami sudah terbiasa mandi dan nyuci di sini. Airnya sejuk dan mata air inilah satu-satunya pilihan bagi kami, demikianlah pengakuan Nurbaiti beserta para warga lainnya.
Dari pagi hingga sore hari, mata air yang berada di tepian hutan lindung tersebut, tidak pernah sepi. Nurbaiti dan para tetangganya datang bergantian untuk mandi, mencuci pakaian dan lain sebagainya.
Selain dimanfaatkan oleh warga dusun Tetelan, Seputih. Mata air yang oleh warga setempat dinamai dengan mata air Gladak Rohim tersebut, juga dimanfaatkan oleh warga desa lain dengan cara dialirkan memakai paralon, selang plastik dan sejenisnya. Selebihnya dialirkan untuk keperluan irigasi guna mengairi ratusan hektar sawah yang ada di wilayah kecamatan Mayang, kecamatan Mumbulsari, kecamatan Tempurejo dan kecamatan lain disekitarnya.
Di tempat lain, di kawasan hutan Perum Perhutani KPH Jember juga terdapat banyak mata air yang dimanfaatkan oleh warga di sekitarnya. Cara pemanfaatannya pun beragam. Ada yang dimanfaatkan secara langsung dan alamiah seperti Nurbaiti dan para tetangganya. Ada pula yang telah dimanfaatkan dengan cara sistem kaptering air yang ditata kelola dengan manajemen swadaya kelompok.
Di wilayah desa dan kecamatan yang wilayahnya berbatasan dengan hutan, di situ banyak kita temui organisasi kelompok swadaya masyarakat pemakai air seperti Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM), Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) dan WSLIC (Water and Sanitation For Low Income Community) yaitu program Pemerintah dibidang sanitasi dan pengadaan air bersih untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Organisasi swadaya masyarakat pemakai air tersebut, sama-sama memanfaatkan mata air yang berada di kawasan hutan.
Berdasarkan informasi dari Dinas Pekerjaan Umum (Cipta Karya dan Pengairan) kabupaten Jember disampaikan bahwa sampai dengan akhir tahun 2011 lalu, jumlah organisasi kelompok pemakai air (HIPPAM dan WSLIC) di kabupaten Jember sebanyak 76 kelompok dengan jumlah pemakai atau pengguna manfaat sebanyak 25 ribu orang. Jumlah tersebut belum termasuk anggota HIPPA, HIPPAM dan WSLIC yang belum terdaftar karena masih dalam taraf rintisan.
Santoso, Ketua HIPPAM Tirto Mulyo desa Sidomulyo Kecamatan Silo kabupaten Jember mengakui, kami para pengurus dan masyarakat pengguna air bersih merasa sangat terbantu oleh adanya mata air di kawasan hutan, sehingga kebutuhan kami terhadap air bersih bisa terpenuhi dengan baik. Humas Pht KPH Jember