Diskusi antara mitra angkutan kayu jati dengan pengurus IOF jawa Tengah di petak 66 RPH Ngliron

Diskusi antara mitra angkutan kayu jati dengan pengurus IOF jawa Tengah di petak 66 RPH Ngliron

RANDUBLATUNG.PERHUTANI (8/11)– Indonesia Offroader Federation ( IOF ) cabang Jawa tengah Melatih para pekerja bidang tebangan di Kesatuan Pemangkuan Hutan ( KPH ) Randublatung,  Resor Pemangkuan Hutan ( RPH ) Ngliron, petak 66.

Safety  Driving pada bidang pekerjaan pemungutan hasil hutan  diajarkan oleh Indonesia Offroader Federation ( IOF ) cabang Jawa tengah yang diikuti oleh mitra kerja angkutan , operator chain saw dan petugas lapangan yang menangani tebangan se wilayah kerja Perhutani Randublatung.

Cara mengemudi yang baik merupakan salah satu faktor penunjang sukses produksi tebangan kayu jati selain ada faktor lain yang saling terkait, karena dengan memguasai teknis mengemudi yan baik dan aman bagi para mitra angkutan tersebut hasil produksi kayu bisa diangkut dari kawasan hutan menuju tempat penimbunan kayu (TPK ) yang telah ditetapkan, demikian dikatakan oleh Ketua harian IOF Jawa Tengah Dadang Ishardijanto saat memberikan arahan bagi para mitra angkutan tebangan jati.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengemudi sebelum melakukan pekerjaan pengangkutan kayu jati tersebut diantaranya adalah melakukan pengecekan rutin terhadap kendaraan yang akan dijalankan meliputi kesiapan mesin maupun kelengkapan keselamatan lain. “ Pekerjaan mengangkut kayu dari kawasan hutan lebih berat dari pada melakukan kegiatan offroad, namun ada kesamaannya karena melintas pada medan berat sebelum sampai ke jalan raya sehingga perlu dilakukan sharing pengalaman antara para Off roader dan mitra kerja angkutan sehingga masing – masing bisa mengetahui tingkat kesulitan yang dialami dilapangan. Jelasnya.

Pada kesempatan yang sama Administratur Perhutani KPH Randublatung Ir Herdian Suhartono mengatakan bahwa terkait dengan sukses produksi tebangan kayu jati, penggunaan peralatann yang memenuhi syarat keamanan juga selalu mendapatkan perhatian khusus, hal ini karena selain mempercepat proses produksi juga keselamatan petugas lapangan akan terjamin  dengan menggunakan alat pelindung diri yang standart.” Sistim manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja  (SMK3) ini merupakan acuan baku bagi semua Perusahaan karena dalam sistim tersebut sudah jelas adanya aturan – aturan keselamatan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan harus dipatuhi oleh semua orang yang terlibat dalam proses produksi baik yang berada didalam hutan maupun yang ada di tempat lain. Harapan  saya selaku manajemen dengan adanya pelatihan ini sukses produksi tebangan bisa tercapai disisi lain keselamatn pekerja juga bisa terjamin “ kata Herdian Suhartono.(HumasRDB-Andan.S), diedit oleh  : Dadang K. Rizal