Pemalang.  Senin,  25  Juni  2012.       Menteri  Negara  BUMN  Dahlan  Iskan  didampingi Bambang Sukmananto Direktur Utama Perum Perhutani pada Senin 25 juni 2012 secara simbolis  menancapkan  tiang  pancang  pertama  sebagai  tanda  dimulainya  pembangunan pabrik  Derivatif  Gondorukem  Terpentin  di  Kampung  Bojongbata,  Kecamatan  Pemalang, Kabupaten  Pemalang.  Pembangunan  pabrik  Derivatif  ini  merupakan  bentuk  transformasi Perhutani  BUMN  pengelola  2,4  juta  Ha  lahan  hutan  negara  di  Jawa  Madura  ini  untuk mengembangkan bisnis non-kayu yang ditargetkan seimbang dengan bisnis kayu sampai tahun 2015 mendatang.

Pembangunan pabrik ini merupakan tindak lanjut dari hasil Retreat BUMN di Istana Bogor tahun 2011, Perhutani melakukan investasi dengan total investasi sebesar Rp.938.304 Miliar, terdiri dari Investasi rutin,  salah satunya adalah pembangunan Pabrik Derivat Gondorukem dan  Terpentin dengan nilai investasi sebesar Rp.198.8 Miliar. Investasi ini diperkirakan akan menghasilkan nilai tambah 1.5 kali sampai dengan 4 kali lipat, dengan harga produk antara USD 2.000 sampai dengan USD 13.000 per ton.

Luas bangunan pabrik direncanakan 2,5 Ha, dibangun diatas lahan 6,3 Ha. Menurut rencana bangunan pabrik akan selesai dalam waktu 540 hari atau lebih kurang delapan belas bulan terhitung sejak diterbitkan surat  perintah kerja. PT Rekayasa Industri sebagai pemenang tender adalah kontraktor utama pembangunan sedangkan pengawasanan konstruksi oleh PT Indah Karya.

Pada tahun  1997,  Perhutani  melalui  anak  perusahaannya  PT  Perhutani  Anugerah  Kimia (PAK) telah  membangun pabrik Derivat Gondorukem dengan kapasitas bahan baku getah pinus 4.000 ton/tahun. Pabrik  tersebut relatif kecil dan belum mencukupi kebutuhan pasar saat ini.  Sedangkan pabrik yang akan dibangun di Pemalang ini kapasitas bahan baku getah pinusnya  mencapai  24.500  ton  pertahun. Pabrik ini adalah satu-satunya pabrik derivat terpadu, terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Pemalang dipilih karena lokasi dekat dengan sumber bahan baku dan pelabuhan. Kapasitas pabrik Perhutani dengan 24.500 ton getah pinus per tahun ini akan menghasilkan antara lain: glicerol rosin ester,  alpha  pinene, betha pinene, delta limonen, cineol dan alpha terpineol. Bahan kimia ramah lingkungan tersebut merupakan bahan baku bagi industri makanan dan minuman, adhesive, industri kertas, industri cat dan tinta, parfum dan farmasi.  Tidak kurang dari 1.650 orang (tenaga kerja langsung 150 dan tidak langsung  sekitar 1.500 orang) akan terserap pada industri ini tahun depan.

Dari  sisi  pendapatan,  pembangunan  pabrik  derivat  gondorukem  terpentin  terbesar  di Indonesia ini adalah bentuk keseriusan Perhutani meningkatkan pendapatan non-kayunya di masa depan dalam rangka konservasi hutan di Pulau Jawa, sehingga Perhutani tidak hanya bergantung pada penghasilan kayu.

Jenis-jenis pinus yang dijadikan sumber bahan baku pabrik kedepan juga akan ditingkatkan kualitas  tegakannya dengan memilih jenis yang mampu memproduksi getah secara efektif. Saat ini jenis Pinus  Perhutani adalah jenis Merkusii, yang secara ekologi sesuai dengan ekologi Jawa.

Untuk bahan baku  pabrik,  selain pasokan dari sumberdaya hutan sendiri, Perhutani juga bekerjasama dengan daerah lain,  contohnya dengan Propinsi Bali beberapa waktu lalu. Perhutani juga akan memperluas sumber-sumber  bahan  baku getah pinus dari kawasan hutan di Aceh, Sumatera Utara dan Sulawesi. Sumber potensi getah pinus di luar Jawa masih belum dimanfaatkan secara optimal. Selain pasar Jepang, permintaan produk getah  pinus maupun derivatifnya ini akan selalu meningkat karena permintaan masyarakat dunia kembali pada produk alami atau natural product sources @ PR CORPORATE-PHT