Perajin batik Industri Kecil Menengah (IKM) masih kesulitan mendapatkan kayu gondo rukem terkait kenaikan harga di pasar internasional. Perhutani dituduh lebih memprioritaskan peningkatan volume ekspor gondorukem karena harga di pasar internasional mencapai US$1.300 per ton.
Keluhan kenaikan harga gondorukem dalam negeri sudah disampaikan ke Direktorat jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian pada November 2010. Namun, perajin batik menilai belum ada dampak nyata dari pertemuan dengan Dirjen Industri IKM Kemenperin, Euls Saedah terhadap kebutuhan gondorukem pembatik.
“Kami sudah bicara ke Staf Ahli Menteri, ada Dirjen IKM di situ. Kami sudah ngomongin, tapi kelihatannya diam saja. Saya kira mereka tidak kerja. Waktu itu kami minta pemerintah membuat sesuatu terhadap perajin batik karena ada 100 ribu IKM batik kesulitan, tapi mana hasilnya? Gondorukem harganya Rp32.000 per kg di toko,” kata Dudung, perajin Batik Dudung Pekalongan kepada Jurnal Nasional, Minggu (23/1).
Menurut dia, harga gondorukem mulai mengalami kenaikan secara perlahan sejak Agustus 2010. Pada Juni 2010, harga gondorukem masih di kisaran Rp10.000 per kg. Perhutani selaku produsen gondorukem di Pekalongan dinilai lebih memerbanyak volume ekspor gondorukem dibandingkan memperhatikan kebutuhan IKM batik. Kebutuhan gondorukem untuk IKM terus meningkat seiring peningkatan produksi batik pascapengakuan Unesco bahwa batik warisan budaya dunia.
Gondorukem produk dalam negeri, tapi kami tidak dapat apa-apa. Perhurani ekspor ke luar negeri. Kami dipaksa bayar dengan harga pasar luar negeri, lalu apa manfaatnya bagi perajin di Indonesia,” katanya mengeluh.
Perajin batik di Pekalongan sudah menyampaikan perihal kenaikan gondorukem ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, pemerintah kota dan kabupaten, namun belum ada perubahan, Se lain kenaikan gondorukem, perajin batik juga harus menghadapi kenaikan harga kain primisima terkait kenaikan kapas mencapai US$2,7 per kg.
Pada 2009, harga gondorukem US$800 per ton naik menjadi US$1.300 per ton. Produksi gondorukem mencapai 60 ribu ribu ton per tahun dengan komposisi ekspor 80 persen dan 20 persen pasar domestik. Kebutuhan industri batik diperkirakan 2.500 ton per tahun dan industri kertas 2.000 ton per tahun.
Bahan baku lain yang melonjak dan memengaruhi pembatik IKM antara lain, kain mori naik menjadi Rp850 ribu per potong (ukuran 35 yard) dari harga Rp500 ribu per potong dan parafin buatan Pertamina naik menjadi Rp20 ribu per kg dari barga semula Rp15 ribu per kg. Parafin buatan RRC dan Iran stabil Rp18 ribu per kg di tingkat eceran.
Dirjen IKM Euis Saedah tidak merespons saat dihubungi lewat pesan singkat terkait kesulitan IKM batik di Pekalongan mendapatkan gondorukem.
Nama Media : JURNAL NASIONAL
Tanggal : Senin, 24 Januari 2011/h. 2
Penulis : Luther Kembaren