Kontribusi pendapatan dari lini bisnis nonkayu ditargetkan meningkat hingga sebesar 55% pada 2016. BUMN di bidang kehutanan, Perum Perhutani, berencana menggenjot kontribusi bisnis nonkayu menjadi 52% bagi pendapatan perusahaan tahun ini. Sisa pendapatan akan berasal dari bisnis kayu (log).
Menurut Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, pihaknya memproyeksikan pendapatan Rp4,6 triliun di akhir 2014 atau tumbuh 16,41% jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya Rp3,954 triliun.Sementara itu, laba tahun ini dipatok Rp258 miliar.
“Kesepakatan itu tertuang dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP),” katanya di Jakarta, kemarin.
Mustoha yang menggantikan Bambang Sukmananto terhitung 17 Oktober 2014 itu juga mengatakan Perhutani menargetkan lini bisnis nonkayu akan berkontribusi sebesar 55% pada 2016 dan sisanya dari bisnis kayu.
Pencapaian tersebut akan dikontribusikan dari operasional pabrik derivatif gondorukem terpentin di Pemalang, Jawa Tengah. Hasil industri gondorukem merupakan produk olahan dari getah pinus yang digunakan sebagai bahan baku untuk industri minyak, cat, dan tinta mesin cetak (printer).
Ia mengungkapkan Perhutani juga akan meningkatkan kontribusi kayu dari sisi industri, seperti housing component, furnitur, dan flooring.Perhutani akan mendorong sektor hilir tersebut menjadi kontribusi bagi pendapatan perusahaan. Strategi itu direalisasikan melalui implementasi corporate culture.
Di sisi lain, lanjut Mustoha, pihaknya juga akan merestrukturisasi anak usaha, Inhutani I hingga V. Rencana itu seiring dengan keputusan pemerintah menetapkan Perum Perhutani sebagai induk (holding) BUMN kehutanan.Pascarestrukturisasi, Perhutani juga mendorong Inhutani melaksanakan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Direktur Keuangan Perhutani Morgan Sharif Lumban menambahkan, pihaknya tengah menyelesaikan pengerjaan pabrik derivatif gondorukem berkapasitas 40 ribu ton per tahun di Pemalang, Jawa Tengah, yang ditargetkan berproduksi akhir tahun ini.Aksi PTBA Pada kesempatan terpisah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melalui anak usahanya, PT Bukit Multi Investama, mengakuisisi 100% saham perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT Bumi Sawindo Permai (BSP).
Perkebunan BSP yang seluas 8.346 hektare merupakan bagian dari wilayah izin usaha pertambangan (IUP) di area Banko, Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Sekretaris Perusahaan PTBA Joko Pramono mengatakan lahan perkebunan yang diakuisisi memiliki cadangan batu bara sebesar 580 juta ton dari total cadangan 1,99 miliar ton yang dimiliki perseroan.
“Keberadaan perkebunan ini merupakan sinergi positif untuk pengembangan grup usaha secara berkelanjutan, khususnya untuk pemenuhan pasokan batu bara bagi PLTU Mulut Tambang yang sedang dalam tahap persiapan pembangunan,” katanya.
Menurutnya, Bukit Asam juga melalui anak usahanya, PT Huadian Bukit Asam Power, akan membangun PLTU Banko Tengah 2 x 620 Mw (Sumsel 8).Rencana pengoperasian 2017 ataupun 2018. (E-3)
Sumber : Media Indonesia
Tanggal : 22 Oktober 2014