Perum Perhutani menargetkan produksi kayu jati dan kayu rimba pada tahun ini masing-masing akan mencapai sekitar setengah dari total target produksi kayu bundar 922.123 meter kubik.
Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto mengungkapkan perseroan kini berupaya menggenjot produksi jenis kayu yang lebih beragam—baik kayu jati maupun kayu rimba. Awalnya, Perum itu lebih fokus pada komoditas kayu jati.
Perseroan menargetkan produksi kayu jati dapat mencapai 454.778 meter kubik atau 49,31% dari total produksi kayu bulat. Sisanya 467.345 meter kubik berasal dari kayu rimba.
Adapun kelompok kayu yang termasuk dalam jenis kayu rimba antara lain mahoni, rasamala, sonokeling, pinus, Sonokembang, Sonobrit, Damar, Akasia, Jabon, Sengon, Gmelina, Rasamala dan Johar.
“Kami lihat pasar tahun ini akan bagus tetapi Memang ada yang mengatakan kayu adalah sunset industry, tetapi kalau saya lihat tidak. Yang sunset industry itu adalah kayu-kayu yang tidak tersertifikasi, dan legalitasnya belum jelas diketahui. Sedangkan kami ini kayunya sudah tersertifikasi, dan jelas legal,” jelasnya kepada Bisnis Selasa (12/3).
Target produksi tersebut menunjukan peningkatan dari realisasi tahun lalu sebesar 3,08% dari 894.536 meter kubik per Desember 2012.
Sedangkan komposisi produksi kayu jati meningkat menjadi 44,46% dari 454.778 meter kubik. Sementara produksi kayu rimba menurun dari 552.724 meter kubik atau sebesar 15,44%.
Penurunan target produksi kayu rimba paling banyak terjadi pada komoditas kayu pinus dan mahoni. Pada 2012 realisasi pemasaran kayu pinus mencapai 176.758 meter kubik, dan kayu mahoni sebesar 176.197 meter kubik. Target pada tahun ini target produksi pinus hanya 94.463 meter kubik , turun 46,45% dan mahoni turun 25,75% menjadi 130.864 meter kubik.
Sementara itu, target komoditas kayu sengon naik 1,61% menjadi 104.125 meter kubik dari 102.475 meter kubik. Akasia juga diperkirakan tumbuh menjadi 42.347 meter kubik dari 20.262 meter kubik atau sebesar 108,99%.
Pertumbuhan juga ditargetkan terjadi pada komoditas kayu bundar sonokeling menjadi 7.078 meter kubik dari 5.258 meter kubik.
Bambang menjelaskan meski tahun ini pasar sedang bagus tetapi perseroan enggan menetapkan target terlalu tinggi karena diperkirakan pemulihan ekonomi belum terlalu optimal sehingga kebutuhan produk kayu belum akan naik signifikan.
Adapun peningkatan produksi kayu jati pada tahun ini semata disebabkan oleh datangnya musim panen dari phon-pohon jati hasil penelitian badan penelitian dan pengembangan Perum Perhutani yang diperkirakan panen pada tahun ini.
“Kebetulan tahun ini tanaman hasil penelitian berapa ribu hektare akan kami tebang. Ini tanaman percobaan Litbang Perhutani yang sudah tanam sejak 1999-2000. Tanaman percobaan ini 15 tahun sudah mulai panen, tidak perlu lagi menunggu 50 tahun. Sedangkan kayu rimba prosesnya memang lebih sulit, dan lebih lama,” ungkapnya.
Bambang melanjutkan, terkait kesulitan tersebut Perum memutuskan untuk mengurangi penanaman tanaman rimba lantaran lamanya jangka waktu yang dibutuhkan. Misalnya saja untuk komoditas rasamala, Perum membutuhkan waktu lebih dari 30 tahun sejak bibit hingga panen.
Jurnalis : Rika Novayanti
Media : Bisnis Indonesia hal. 26/13 Maret 2013