JAKARTA—Perusahaan Umum Perhutani menargetkan operasional pabrik tepung sagu yang dibangun di Sorong, Papua Barat senilai Rp120 miliar bisa beroperasi pada Maret 2015.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani Tedjo Rumekso mengatakan pembangunan pabrik itu sudah dimulai sejak Januari tahun ini guna memasok kebutuhan tepung sagu baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam rencana bisnis perusahaan, menurutnya, pabrik itu akan dipasok dari area hutan sagu alam seluas 16.000 hektare dan bisa menghasilkan 100 ton tepung sagu per hari atau sekitar 30.000 ton per tahun. “Kalau sudah settle, kami targetkan pada tahun ketiga pendapatan dari situ bisa Rp100 miliar per tahun,” ujarnya, Selasa (19/8).
Nantinya, Tedjo memaparkan pabrik tersebut dilengkapi dengan pembangkit berkapasitas 3 megawatt (MW) yang menggunakan bahan bakar dari campuran sisa bahan baku atau biomassa dengan batu bara. Dia melanjutkan potensi pasar tepung sagu masih sangat luas karena hingga tahun ini hanya empat pabrikan besar yang bermain di bisnis itu.
Saat ini, terdapat dua pabrik tepung sagu di Riau yaitu Nusantara Sagu Prima milik grup Sampoerna dan Industri Sagu Rakyat. “Austindo Nusa Jaya di Sorong juga punya 80.000 ha, sebelahan dengan kita. Itu juga baru membangun,” lanjutnya.
Industri tepung sagu, paparnya, termasuk sangat menguntungkan sebab perusahaan tidak perlu melakukan replanting, karena indukan pohon sagu sudah meninggalkan anakan yang bisa dipanen dalam waktu 7 tahun-8 tahun.
Untuk tahap awal, Tedjo menjelaskan pihaknya akan mencoba pasar lokal sambil mencari peluang pemasaran ke pasar internasional, seperti Korea Selatan dan Jepang. “Kalau pasar lokal yang menyerap ada di Surabaya dan Cirebon, itu market terbesar di Indonesia. Cirebon diolah jadi bihun, Surabaya untuk campuran lem industri,” tuturnya.
Dia mencontohkan harga tepung sagu juga cukup kompetitif di wilayah Pulau Jawa dengan kisaran Rp3.500 per kg-Rp5.000 per kg.
Hal inilah yang membuat pihaknya membuka peluang untuk bermain di bisnis hilir. “Pasti kita akan main hilir. Sagu kan sesuatu yang baru bagi kami, jadi kita gandeng BPPT [Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi] uuntuk penelitian tepung ini jadi aneka produk lain,” ungkapnya. (Arys Aditya)
 
Sumber  :  Bisnis Indonesia, Hal. 26
Tanggal  :  20 Agustus 2014