SEMARANG, suaramerdeka.com – Perum Perhutani Unit I Jateng mengembangkan industri nonkayu dan argoforestry guna menambah pendapatan perusahaannya. Selain membangun pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin di Pemalang, Perhutani akan mengembangkan industri tepung porang di Blora.
Jika pabrik gondorukem dan terpentin siap dioperasikan per 1 Oktober mendatang, maka pabrik tepung porang baru akan dibangun pada 2014. Pengembangan industri nonkayu dan argoforestry ini telah mendapatkan dukungan dari Menteri BUMN Dahlan Iskan. Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menyatakan, perusahaannya harus bertransformasi untuk lebih berani dalam memberdayakan hutan.
“Perhutani juga harus membangun sumber pendapatan baru seperi pembangunan pabrik gondorukem dan terpenting. Tahun depan, industri tepung porang juga akan menjadi andalan (sumber penghasilan- red),” katanya di sela-sela halal bihalal Perhutani Unit I Jateng di gedung Rimba Graha, Semarang, Selasa (13/8). Menurut dia, pabrik gondorukem ini akan mengolah bahan baku obat-obatan, cat, kosmetik, sabun, dan lem untuk rokok. Adapun, pabrik tepung porang ini akan mengolah bahan pangan, pelapis obat, dan mie. Tahun ini, Perhutani menyiapkan 1.200 hektare lahan untuk tanaman porang di Blora dan Cepu.
Mengenai Argoforestry, pihaknya mengaku berencana mengembangkan tanaman buah-buahan seperti pisang. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan lahan, sekaligus mendapatkan pendapatan jangka pendek. Pengembangan ini telah dilakukan Perhutani bersama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Dalam halal bihalal, Bambang didampingi Kepala Perum Perhutani Unit I Jateng juga diserahkan surat keputusan pengangkatan 611 pekerja pelaksana (karyawan kontrak) menjadi pegawai Perum Perhutani.
Selain karawitan Rimba Laras grup binaan Perhutani, acara juga menampilkan ceramah dari Ustadz Fauzi Arkan. Kepala Perum Perhutani Unit I Jateng Teguh Hadi Siswanto menegaskan, target pendapatan perusahaannya tahun ini sebesar Rp 1,6 triliun. “Pemenuhan target hingga saat ini baru 58 persen, kami optimis target terealisasi pada akhir tahun. 55 persen penghasilan diperoleh dari hasil kayu, sedangkan sisanya industri nonkayu seperti gondorukem dan terpentin,” jelasnya
( Royce Wijaya)
Sumber : www.suaramerdeka.com
Tanggal : 13 Agustus 2013