TRIBUNNEWS.COM (06/04/2023) | Perhutani Alam Wisata bersama Perum Perhutani divisi regional Jabar-Banten melakukan langkah-langkah konkret pemulihan ekosistem di Wana Wisata Ranca Upas, Kabupaten Bandung. Kegiatan ini menyusul telah terjadinya insiden akibat event motor trail beberapa waktu lalu.

Adapun salahsatu langkah yang telah dilakukan ialah penanaman kembali tanaman bunga rawa di blok Savanna secara intensif mulai 8 Maret 2023. Kemudian, sejak Selasa (14/3/2023) dilaksanakan penanaman sebanyak 5.000 bibit tanaman endemik secara bertahap di Ranca Upas.

Penanaman ini dilakukan Perhutani Group bersama Penggiat Lingkungan, Komunitas Pencinta Alam, Perwakilan Forkopimda, Perwakilan Forkopimcam, BBKSDA, Mitra Usaha Perhutani, masyarakat sekitar, komunitas otomotif, dan lainnya.

Direktur Utama PT Perhutani Alam Wisata, Lucy Mardijana Soebijakso mengatakan, pihaknya pada 19-20 Maret telah melakukan pula sarasehan sekaligus penanaman bersama komunitas Himpunan Pendaki Gunung Indonesia (HIPADRI) dan Forum Komunikasi Pencinta Alam (FKPA) Korwil I Kabupaten Bandung.

“Tanaman yang telah ditanam dilakukan pendataan dan penandaan koordinat sehingga mempermudah pengelola dalam melakukan perawatan ke depannya,” ujar Lucy dalam keterangan rilis, Kamis (6/4/2023).

“Kami juga telah membuka kembali secara selektif Wana Wisata Ranca Upas yang sebelumnya sempat ditutup sementara agar perekonomian masyarakat yang mengandalkan operasional tempat wisata dapat kembali bergeliat,” katanya.

Perum Perhutani dan PT Perhutani Alam Wisata saat ini melarang segala aktivitas offroad hingga tersusun prosedur yang komprehensif dan memadai.

Insiden yang terjadi di Ranca Upas, lanjutnya, merupakan pembelajaran bagi mereka selaku pengelola agar ke depan tidak terulang kembali.

“Kami saat ini sedang melakukan review terhadap dokumen SOP (standard operating procedure) penyelenggaraan event dan instruksi kerja pelaksanaan event yang jelas dan terstruktur,” ucapnya.

“Tujuannya agar menjadi pedoman bagi pengelola untuk melakukan pengawalan proses (perijinan hingga pascakegiatan), menjamin kepatuhan dari panitia penyelenggara, meningkatkan keamanan dan kenyamanan selama kegiatan berlangsung, meningkatkan kesadaran lingkungan dari semua pihak yang terlibat, meningkatkan kualitas event, dan menjaga kelestarian lingkungan,” katanya.

Sedangkan review terhadap dokumen Perencanaan Pengembangan (masterplan), menurutnya, dilakukan agar pengelola dapat melakukan mitigasi resiko dampak dari pengembangan wisata terhadap lingkungan sehingga setiap pengembangan yang dilakukan sesuai dengan kaidah konservasi.

“Kami (Perhutani Group) secara aktif melakukan inisiasi pembentukan Forum Komunikasi Peduli Lingkungan melalui pertemuan dengan tokoh lingkungan dan pihak terkait, di antaranya Dawuh Pasundan, Eyang Memet, Ayah Nunu “Manusia Pohon”, Aliansi Pecinta Alam Indonesia, Forum Komunikasi Pecinta Alam Korwil 1 Kabupaten Bandung, Forum Penyelamat Lingkungan Hidup (FPLH), Himpunan Pendaki Gunung Indonesia, dan Ikatan Motor Indonesia,” ucapnya.

Lucy menambahkan, pembentukan Forum Komunikasi Peduli Lingkungan yang terdiri dari Perhutani Group selaku pengelola destinasi wisata alam Ranca Upas dan tokoh lingkungan dapat memberikan manfaat terhadap pengelolaan pariwisata alam di area hutan.

“Saat ini Ranca Upas sudah dibuka kembali untuk wisatawan secara selektif dengan beberapa area masih ditutup untuk mempermudah proses rehabilitasi lingkungan,” kata Lucy.

“Semoga langkah-langkah rehabilitasi lingkungan yang dilakukan dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dapat menciptakan pengelolaan pariwisata berkelanjutan dengan keseimbangan antara penyelenggaraan bisnis (profit), pemberdayaan masyarakat sekitar (people), dan kelestarian
lingkungan (planet),” katanya. (*)

Sumber : tribunnews.com

Tanggal : 6 April 2023