HARIAN KONTAN, JAKARTA (23/7/2016) | Diversifikasi bisnis Perum Perhutani yang dirancang sejak tahun lalu mulai membuahkan hasil yang menggembirakan. Perusahaan pelat merah ini sekarang tidak hanya mengandalkan bisnis dari sektor kayu dan kehutanan, tapi juga sektor pangan.
Mulai awal tahun lalu, holding BUMN Kehutanan tersebut telah terjun dalam bisnis komoditas jagung dan padi melalui sistem tumpang sari di areal hutan tak digunakan selama ini. Khusus untuk jagung, Perhutani memasangtarget tinggi tahun ini, yakni produksi bisa menembus 1,2 juta ton. Target tersebut tumbuh signifikan di atas realisasi produksi tahun lalu yang sebanyak 396.120 ton.
Perhutani berharap jagung produksinya bisa berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan jagung nasional. “Sampai dengan semester I-2016, produksi jagung sudah mencapai 54% atau sekitar 640.000 ton,” ujar Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar kepada KONTAN pekan lalu.
Selain jagung, Perhutani juga menanam gabah dengan target produksi sebanyak 133.272 ton tahun ini atau meningkat dari 108.594 ton tahun lalu. Tak hanya dua komoditas ini, Perhutani juga mulai menanam kedelai, serta kacang-kacangan, namun hasilnya masih belum maksimal.
Untuk mendukung targetnya, Perhutani mengalokasikan lahan hutan untuk padi seluas 15.364 hektare (ha) dan jagung 193.820 ha di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Adapun luas hutan Perhutani secara keseluruhan tidak kurang dari 2,4 juta ha Selain berorientasi bisnis, Mustoha mengakui bahwa Perhutani juga mendapat penugasan untuk lebih mengoptimalkan lahannya untuk meningkatkan produksi pangan nasional melalui Surat Sekretaris Kabinet Nomor B-187/Seskab/3/2015.
Mustoha menjelaskan selain karena permintaan pemerintah. Perhutani juga berharap sektor pangan ini ke depan bisa menopang sisi pendapatan perusahaan. “Saat ini, pasarkayu jati hanya untuk kalangan tertentu saja karena harganya mahal, akhirnya pasar mencari substitusi jenis lain,” ujarnya.
Sebagai informasi tambahan, Kementerian Pertanian (Kemtan) menargetkan swasembada jagung pada 2018. Adapun kebutuhan jagung nasional sebanyak 10,7 juta ton per tahun, namun tahun lalu mdonesia mengimpor 3,6 juta ton jagung yang dilakukan industri pakan ternak.
Adisti Dini Indreswari
Tanggal : 23 Juli 2016
Sumber : Harian Kontan, hal – 16