Kompas – Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Bondowoso, Jawa Timur, memberikan kesempatan kepada petani kopi arabika memanfaatkan lahan hutan seluas 10.000 hektar. Perluasan areal tanaman kopi arabika Indikasi Geografi Ijen-Raung bertujuan agar permintaan pasar yang kian melonjak bisa terpenuhi.

Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Bondowoso Adi Winarno dan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bondowoso Muhammad Ervan mengemukakan itu di Bondowoso, Senin (10/8).

Sampai sekarang, tanaman kopi rakyat yang terdapat di lahan Perum Perhutani sekitar 7.000 hektar, dan 2.100 hektar di antaranya mendapat pelatihan dan binaan dari berbagai instansi, seperti eksportir, Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Bank Indonesia Jember, dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.

“Agar tanaman kopi bisa mencapai 10.000 hektar, masih dicarikan lahan kurang produktif. Tapi, petani tidak boleh merusak atau memotong pohon di lahan. Pohon yang ada bisa dimanfaatkan sebagai pelindung tanaman kopi,” kata Adi Winarno.

Kerja sama dengan petani akan diatur tersendiri mengenai pembagian keuntungan. “Pola bagi hasil dengan petani sekitar hutan akan diatur kemudian,” kata Adi.

Konversi
Muhammad Ervan mengatakan pula, agar produksi dan kualitas ekspor terpenuhi, sebagian tanaman yang ada harus dikonversi. “Ada 2.500 hektar tanaman kopi robusta yang berada di lahan dengan ketinggian lebih dari 800 meter dari permukaan laut, dikonversi dengan kopi arabika,” katanya.

Permintaan dari negara-negara Eropa Timur, seperti Rusia, Polandia, dan Ukraina, belum bisa kami penuhi karena produksi belum mencukupi. “Kalau 10.000 hektar telah digarap secara intensif, permintaan itu kami pertimbangkan,” kata Ervan.

Menurut Wakil Pemimpin BI Jember Luqman Hakim, selain memberikan pelatihan dengan mengundang tenaga ahli dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, BI juga memberikan fasilitas pelatihan manajemen bersama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. “Kami bangun kerja sama lagi antara BI dan pemkab, Perum Perhutani, dan petani,” kata Luqman.

Abdul Latif, Ketua Koperasi Tani Rejo di Bondowoso, menyebutkan, kerja sama itu positif untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Petani yang mendapat binaan dari pemda, BI, dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao telah menghasilkan kopi berkualitas ekspor.

Kerja sama Pemkab Bondowoso, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, serta Perum Perhutani dan BI Jember membuka peluang petani kopi meningkatkan pendapatan. Selama ini, produksi kopi di luar binaan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao rendah, yakni kurang dari 200 kilogram per hektar. (SIR)

Sumber : Kompas, hal. 23
Tanggal : 11 Agustus 2015