Perum Perhutani mulai merasakan dampak krisis yang melanda Eropa. Lihat saja, tahun ini diperkirakan target pendapatan Perhutani meleset lantaran jualan gondorukem atau getah pinus ke Benua Biru itu menurun. Bagi Perhutani, gondorukem adalah komoditas jualan paling penting selain kayu jati dan kayu rimba. Maklum, selama ini gondorukem mampu memberikan pendapatan tahunan bagi Perhutani hingga sebesar 30%.

Hingga Mei lalu, Perhutani mencatat, total pendapatan mereka baru sebesar Rp 1,3 triliun, atau baru 35% dari target pendapatan yang sebesar Rp 3,7 triliun. Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perum Perhutani, mengatakan, secara umum kinerja perusahaan mulai dari produksi kayu olahan, produk olahan hingga ekowisata masih berjalan normal dan sesuai target. Namun, “Untuk gondorukem harganya sedang tidak bagus dan pasarnya juga tidak bagus. Sehingga, hal ini juga akan mempengaruhi kinerja perusahaan,” katanya, Selasa (12/6) kemarin.

Saat ini, harga gondorukem asal Tanah Air di pasar internasional hanya US$ 1.320 hingga US$ 1.400 per ton, tergantung kualitas. Padahal pada pertengahan tahun lalu, harga gondorukem sempat bertengger di harga US$ 3.000 per ton lantaran tingginya permintaan di pasar internasional. Menurut Bambang, belum membaiknya harga gondorukem di pasar internasional membuat Perhutani lebih memilih menahan laju ekspor gondorukem ke Eropa dan Amerika Serikat sampai harga kembali stabil. “Kami tidak mungkin menjual jika harganya masih di bawah standar sekitar US$ 1.450 per ton, dan hingga tahun ini pun penjualan gondorukem masih sangat rendah,” kata dia Bagi Perhutani, gondorukem adalah komoditas jualan paling penting.

Padahal stok gondorukem milik Perhutani dari produksi tahun lalu yang belum terserap pasar sebanyak 20.000 ton. Memang Perhutani berusaha melepas stok itu ke pasar dengan mengadakan lelang gondorukem baik di dalam negeri maupun di Singapura Sayangnya, lelang itu tak memberikan hasil yang menggembirakan Meski begitu, Bambang berharap harga gondorukem segera kembali stabil sehingga Perhutani mampu mencapai target pendapatan sebesar Rp 3,7 triliun pada tahun ini.

Asal tahu saja, gondorukem adalah bahan baku yang biasa digunakan untuk industri kertas, plastik, cat, batik, sabun, tinta cetak, politur, dan kosmetika Tahun lalu, Perhutani mampu memproduksi gondorukem sebanyak 90.000 ton. Dari jumlah itu, sebanyak 80% dilempar ke pasar ekspor dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Berharap pada hilirisasi

Bambang bilang, pemasaran gondorukem masih sangat tergantung dengan permintaan luar negeri lantaran industri hilir di Tanah Air masih minim. la menambahkan, saat ini, industri di Eropa pun hanya membeli sesuai kebutuhan. Mereka enggan mengimpor gondorukem dalam jumlah besar karena krisis.

Karena itu, untuk melepas ketergantungan dari pasar ekspor, Perhutani berharap, industri hilir yang membutuhkan gondorukem di dalam negeri cepat berkembang. Itulah sebabnya, saat ini Perhutani tengah membangun pabrik pengolahan gondorumen dan terpentin (menyak getah pinus) di Pemalang, Jawa Tengah.

Rencananya pabrik produk turunan gondorukem dengan kapasitas 24.500 ton per tahun tersebut akan mulai beroperasi pada pertengahan tahun depan. Perhutani mengalokasikan dana investasi sebesar Rp 208,7 miliar untuk pembangunan pabrik tersebut. “Kami tidak bisa terus menerus berharap pada pasar luar negeri. Bahan mentah gondorukem hams bisa kita olah sendiri,” imbuhnya.

Kontan :: Rabu, 13 Juni 2012, hal 17