JAKARTA. Perum Perhutani akan menambah luas penanaman baru di lahan konsesi hutan tanaman industri (HTI) miliknya tahun ini. Jika tahun lalu, perusahaan menanam tanaman industri di areal seluas 37.952 hektare (ha), maka tahun ini akan menanam di areal seluas 55.796 (ha). Penanaman ini untuk menyiapkan bahan baku bisnis pengolahan kayu yang akan digarap perusahaan ini.
Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan (PSDH) Perhutani Heru Siswanto menuturkan, perusahaannya akan menanam beberapa jenis. “Jenis tanamannya yaitu jati, pinus, mahoni, sengon, akasia dan mangium,” ujarnya kepada KONTAN baru-baru ini. Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto bilang, tahun ini perusahaannya akan lebih banyak menanam tanaman baru. Untuk menanam di areal HTI ini, kata Bambang, perusahaan membutuhkan investasi sekitar Rp 320 miliar.
Bambang mengakui Perhutani banyak menanam kayu untuk menyiapkan bahan baku kayu olahan. “Nantinya, kami mau memproduksi produk yang masal seperti flooring (lantai kayu). Selama ini, kami hanya memproduksi berdasarkan order, sehingga kurang menguntungkan,” katanya. Sayangnya, Bambang enggan merinci kapan perusahaan akan mulai fokus ke bisnis pengolahan kayu.
Yang jelas, kata Bambang perusahaan kini tengah menyiapkan bahan baku kayu tanam secara berkelanjutan. Tahun ini, Perhutani hanya menargetkan penebangan kayu seluas 5.000 ha. Dari target luas tebangan ini, diharapkan menghasilkan kayu 898.676 meter kubik (m³). Rinciannya, sekitar 459.259 m³ kayu jati dan 439.426 m³ kayu rimba.
Target produksi kayu Perhutani ini lebih rendah dibanding produksi tahun lalu. Pada 2013, produksi kayu tebangan Perhutani mencapai 954.218 m³. Rinciannya, 431.103 m³ berupa kayu jati dan sisanya 523.116 m³ kayu rimba. Mengutip data resminya, pada tahun lalu Perhutani, berhasil membukukan laba bersih Rp 204 miliar, naik 3,55% dari 2012 sebesar Rp 197 miliar.
Tahun ini Perhutani menargetkan laba bersih Rp 287 miliar dari target pendapatan Rp 4,6 triliun. Komposisi pendapatan dari sektor non kayu tahun ini diperkirakan masih dominan, yakni sekitar 55% dan pendapatan sektor kayu sebanyak 45%. Menurut Bambang, walaupun terus menambah luasan kayu, pendapatan dari non kayu tetap akan terus ditingkatkan.
Maria Elga Ratri Ayudi
Sumber  :  Kontan, Hal. 17
Tanggal  :  13 Maret 2014