KOMPAS.ID (30/01/2022) | Kementerian Badan Usaha Milik Negara meluncurkan Project Management Office atau PMO Kopi Nusantara. Pembangunan proyek percontohan ekosistem kopi dari hulu hingga hilir ini diharapkan mampu menopang ekspor, bisnis domestik, dan kesejahteraan petani kopi.

PMO Kopi Nusantara merupakan ekosistem kopi yang terdiri dari sejumlah perusahaan badan usaha milik negara (BUMN), perusahaan swasta, asosiasi kopi dan petani kopi, serta lembaga penelitian dan pengembangan.

BUMN yang terlibat dalam PMO ini adalah Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero), PT Perhutani (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) selaku induk Holding BUMN Pangan atau ID Food.

Untuk swasta, ada Mayora, Dua Coffee, Common Ground, dan Stella. Lalu, asosiasi yang terlibat adalah Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) dan Specialty Coffee Association of Indonesia. Sementara lembaga risetnya adalah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, serta R&D BUMN.

PMO Kopi Nusantara ini diluncurkan secara hibrida oleh Menteri BUMN Erick Thohir di Lampung, Minggu (30/1/2022). Peluncuran PMO itu juga dibarengi dengan pelepasan ekspor perdana kopi PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI ke Mesir. Kopi yang diekspor tersebut sebanyak 120 ton.

Erick Thohir mengatakan, PMO Kopi Nusantara merupakan proyek percontohan BUMN untuk membangun ekosistem kopi Indonesia dari hulu hingga hilir. Eksosistem ini penting lantaran sekitar 90 persen pasokan kopi Indonesia berasal dari petani.

Hal itu berbeda dengan kelapa sawit yang sudah didominasi perusahaan, yaitu sekitar 60 persen, sedangkan petani 40 persen. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi serta memacu bisnis kopi domestik dan bahkan ekspor, pada PMO Kopi Nusantara juga akan digulirkan program Makmur.

”Melalui program Makmur, petani bisa mendapatkan modal kerja, bibit unggul, dan pupuk tepat waktu, pendampingan untuk meningkatkan kualitas kopi, dan kepastian pasar. Jika gagal panen, petani juga akan mendapatkan jaminan asuransi,” ujarnya.

Erick menambahkan, ketersediaan pasar kopi bagi petani sangat diperlukan. Sejumlah perusahaan BUMN dan swasta dalam PMO Kopi Nusantara akan menjamin serapannya dengan menjadi off taker atau pembeli. Agar dapat menembus pasar ekspor, PT PPI akan bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri.

Ketua PMO Kopi Nusantara Dwi Sutoro menuturkan, PMO diharapkan dapat memperbaiki rantai pasok perdagangan kopi di Indonesia dari hulu ke hilir. Sasaran utamanya adalah menyejahterakan petani kopi dan memperkuat ekosistem kopi Nusantara.

Pada tahun ini, proyek percontohan PMO akan dimulai di enam lokasi, yaitu Lampung, dua daerah di Jawa Timur, dua daerah di Jawa Barat, dan di Sumatera Utara. Di Jawa Timur, misalnya, program tersebut akan dijalankan oleh petani kopi arabika ijen.

”Sementara di Jawa Barat, Perhutani akan menyediakan lahan untuk budidaya kopi,” katanya.

Ekspor kopi

Direktur Utama PT PPI Nina Sulistyowati mengatakan, PT PPI sebagai bagian dari ID Food berkomitmen memfasilitasi kopi petani agar bisa menembus pasar ekspor. Pada tahun ini, PPI telah mendapatkan kontrak kopi sebanyak 3.000 ton.

Kopi tersebut berasal dari petani di sejumlah daerah di Sumatera, antara lain Lampung, Jambi, dan Bengkulu. Ekspor kopi tersebut akan dikirim secara bertahap.

”Pada tahap perdana ini, kami mengekspor enam kontainer beirisi 120 ton kopi robusta ke Mesir,” ujarnya.

Duta Besar RI untuk Mesir Lutfi Rauf yang hadir secara virtual dalam acara pelepasan ekspor itu menuturkan, peluang ekspor kopi Indonesia ke Mesir sangat besar karena tingkat konsumsi kopi penduduknya terus meningkat. Pada 2022, konsumsi kopi di Mesir diperkirakan mencapai 65.000 ton.

Ekspor kopi Indonesia ke Mesir juga terus meningkat. Pada Januari-November 2021, nilai ekspornya mencapai 80,2 juta dollar AS, meningkat hampir 58 persen dari periode sama 2020 yang senilai 50,2 juta dollar AS.

”Pesaing utama Indonesia di Mesir adalah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Namun, saat ini Indonesia unggul di komoditas biji kopi,” katanya.

Rauf berharap agar Indonesia terus menjaga dan meningkatkan kualitas kopi, terutama di tingkat petani, serta membangun kemitraan bisnis berkelanjutan dengan pembeli dari luar negeri. Selain itu, Indonesia perlu memperkuat komoditas speciality coffee atau kopi yang mempunyai kualitas bagus, baik rasa maupun aroma, dengan standar ukur cupping test dan diproses dengan ketentuan khusus.

Sumber : kompas.id

Tanggal : 30 Januari 2022