BANYUWANGI UTARA, PERHUTANI (14/06/2019) | Bentuk kepedulian masyakat akan menjaga budaya dan kearifan lokal, masyarakat di Desa Boyolangu Kecamatan Giri Banyuwangi menggelar acara ‘Puter Kayun’, tepatnya di lokasi wisata Bukit Watudodol yang berada dalam wilayah kerja Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Utara petak 66s Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Selogiri Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ketapang, Jum’at (14/6).

‘Puter Kayun’ merupakan tradisi yang dilakukan warga Boyolangu, saat memasuki hari ke sepuluh bulan Syawal dengan melakukan ritual menepati janji kepada para leluhur yang telah berjasa membuka jalan di kawasan utara Banyuwangi.

Kegiatan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Dinas Pariwisata Banyuwangi, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Kecamatan Giri, tokoh budaya setempat, masyarakat sekitar dan juga turut hadir sebagai tuan rumah Administratur Perhutani KPH Banyuwangi Utara Agus Santoso yang diwakili oleh Misyono selaku Kepala Sub Seksi Komunikasi Perusahaan Perhutani KPH Banyuwangi Utara yang selanjutnya mereka naik dokar hias untuk mengikuti tradisi tersebut.

Agus Santoso yang diwakili oleh Misyono dilokasi acara itu menyampaikan terimaksih kepada jajaran Dinas Pariwisata Banyuwangi yang telah mengajak pihaknya untuk ikut dalam kegiatan tersebut.  Menurut dia tradisi seperti ini sangat baik, “Selain untuk ritual, acara ini juga sebagai ajang memperkenalkan budaya dan wisata di wilayah Banyuwangi khususnya di daerah utara”, ujarnya.

Dia juga menyampaikan bahwa wisata Bukit Watudodol ini dibuka dan dikelola oleh Perhutani KPH Banyuwangi Utara sejak tahun 2012, ia juga berharap dengan adanya tradisi ‘Puter Kayun’ ini akan menarik minat wisatawan dan kedepan wisata Bukit Watudodol semakin ramai dikunjungi wisatawan.

Ketua panitia penyelenggara acara ‘Puter Kayun’ Tuti mengatakan bahwa tradisi tersebut akan terus digelar sebagai napak tilas jejak Ki Buyut Jakso yakni seorang leluhur warga Boyolangu yang di percaya sebagai orang yang pertama kali membangun jalan di kawasan Watudodol.

“Saat buka jalan itu, Belanda meminta bantuan pada Ki Buyut Jakso karena di bagian utara ada gundukan gunung yang tidak bisa dibongkar”, ujar Tuti.

“Atas kesaktiannya itulah, akhirnya Ki Buyut Jakso berhasil membuka jalan sehingga wilayah tersebut di beri nama Watu Dodol, yang artinya watu di dodol atau dibongkar”, papar Tuti. (Kom-PHT/Bwu/Jy)

Editor : Ywn
Copyright©2019