CIWIDEY – Ada hal menarik dari penuturan Asep, seorang petugas lapangan KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain Perhutani Unit III yang bertugas di Kawah Putih, Ciwidey. Ia menuturkan, setiap harinya lokasi wisata itu tidak pernah absen dikunjungi oleh wisatawan asal Negeri Jiran, Malaysia.

“Saya tidak tahu sejak kapan, tapi hampir dua tahunan ini setiap hari selalu ada turis asing asal Malaysia atau Singapura. Bisa dilihat catatannya, tadi baru ada yang turun ke bawah,” ungkapnya kepada Bandung Ekspres, beberapa waktu lalu.

Tak heran memang jika Kawah Putih tersohor hingga ke luar negeri. Danau kawah dari Gunung Patuha yang berada di ketinggian 2.434 meter di atas permukaan air laut ini memang memiliki keindahan yang menawan. Hamparan kawah berwarna putih yang terkadang berubah warna menjadi biru atau hijau yang cukup luas berpadu dengan panorama pegunungan Patuha membuat mata pengunjungnya betah menikmati sajian alam ini. Berada di ketinggian lebih dari 2 ribu meter, suhu udara di Kawah Putih juga menyegarkan, berada di kisaran 8-22 derajat celcius.

Secara umum, lokasi ini sudah pantas menjadi objek wisata internasional. Apalagi KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain Perhutani Unit III sangat serius dalam mengelola dan mengembangkan objek wisata yang satu ini.

Tidak hanya dari Malaysia, Bandung Ekspres menemukan beberapa wisatawan asing di Kawah Putih. “Banyak, dari mana-mana ada. Cuman kalau yang paling setia memang dari Malaysia,” ujar Asep.

Sayangnya, Bandung Ekspres yang berangkat bersama rombongan Perhutani Unit III Jabar dan Banten tiba di Kawah Putih sore hari. Sehingga tidak bisa merekam testimony para turis asing mengenai ketertarikan mereka terhadap Kawah Putih.

Dianggap salah satu surga dunia karena keindahan yang dimilikinya, Kawah Putih sering dijadikan lokasi foto pra wedding. Tidak terhitung berapa banyak pasangan yang telah mengabadikan foto di lokasi ini. “Bahkan sering juga dipakai shooting video klip. Cuma kalau untuk ambil gambar professional seperti nikahan dan video klip ada biaya khusus,” ujarnya.

Sebelum tersohor seperti sekarang ini, masyarakat setempat menganggap kawasan Gunung Patuha dan Kawah Putih ini sebagai daerah yang angker. Tidak seorang pun yang berani menjamah atau menuju ke sana. Konon karena angkernya, burung pun yang terbang melintas di atas kawah akan mati.

Misteri keindahan danau Kawah Putih baru terungkap pada tahun 1837 oleh seorang peneliti botanis Belanda kelahiran Jerman, Dr. Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1864) yang melakukan penelitian di kawasan ini. Sebagai seorang ilmuwan, Junghuhn tidak mempercayai begitu saja cerita masyarakat setempat. Saat ia melakukan perjalanan penelitiannya menembus hutan belantara Gunung Patuha, akhirnya ia menemukan sebuah danau kawah yang indah. Sebagaimana halnya sebuah kawah gunung, dari dalam danau keluar semburan aliran lava belerang beserta gas dan baunya yang menusuk hidung. Dari hal tersebut terungkap, kandungan belerang yang sangat tinggi itulah yang menyebabkan burung enggan untuk terbang melintas di atas permukaan danau Kawah Putih.

“Kalau sekarang tidak berbahaya, asal jangan terlalu dekat dengan goa. Lalu yang asma juga tidak disarankan berlama-lama di sini,” tandas Asep. (mg15)

Sumber : bandungekspres.com
Tanggal : 3 Juli 2013