PASURUAN, PERHUTANI (26/04/2018) | Candi Jolotundo atau dikenal dengan Petirtaan Jolotundo merupakan salah satu Cagar Budaya yang terletak di lereng sebelah barat Gunung Penanggungan tepatnya di petak 4D Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Seloliman, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Penanggungan, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pasuruan dan secara administrasi di dukuh Balekambang Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.
Jolotundo merupakan peninggalan pada masa Kerajaan Majapahit yang di bangun pada tahun 997 Masehi oleh Raja Udayana dari Bali. Dibangunnya tempat ini sebagai ungkapan cinta kasih Raja Udayana untuk menyabut kelahiran putranya Prabu Airlangga buah pernikahannya dengan Putri Guna Priya Dharma dari Jawa pada tahun 991 Masehi. Bagunan ini memiliki panjang 16,85 meter, lebar 13,52 meter dan tinggi 5,2 meter.
Di lokasi ini pengunjung dapat menikmati keasrian alam, letaknya yang berada di ketinggian + 500 mdpl lereng Gunung Penanggungan, membuat lokasi ini memiliki udara yang sejuk dingin dan jauh dari polusi. Kawasan ini juga banyak ditumbuhi pohon- pohon berusia puluhan tahun serta memiliki suasana yang sangat tenang.
Hingga saat ini kondisi Jolotundo dapat dikatakan tidak banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya. Pada dinding-dinding terukir relief pahatan tangan yang menggambarkan pesan-pesan sosial pada masa kerajaan Majapahit  di masa itu.
Dalam komplek bangunan Jolotundo terdapat dua sendang yang terbuat dari batu berukuran luas 2 x 2 meter dan dahulu dipergunakan oleh Raja dan putrinya berendam atau mandi. Sendang tersebut dibedakan sesuai dengan jenis kelamin, bagian selatan diperuntukan untuk  laki-laki dan utara untuk perempuan.
Pada malam bulan purnama, Jolotundo banyak dikunjungi  untuk mandi pada sendang tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mensucikan diri sebelum melakukan  ritual ngala berkah atau mendekatkan diri pada sang pencipta untuk meminta mengabulkan doa mereka. Ritual mandi atau mensucikan diri di dalam sendang dilakukan tanpa menggunakan sabun mandi, sampo maupun pasta gigi. Hal ini bertujuan agar air yang mengalir dari dalam sendang  tidak tercemar.
Keunikan lainnya, mata air yang mengalir di lokasi Jolotundo tidak pernah surut dan debitnya selalu konsisten setiap tahunnya. Menurut mitos, bagi pengunjung yang meminum air dari lokasi ini dapat membuat awet muda dan menjauhkan dari penyakit.
Dibawah sendang terdapat kolam ikan yang dibangun menggunakan batu andesit seluas 8 x 6 meter, didalamnya terpelihara berbagai macam jenis ikan, antara lain ikan tombro, nila, komet dan mujair yang terpelihara dengan baik. Para pengunjung tidak diperkenankan untuk mengambil ikan-ikan tersebut karena konon akan mendapat musibah bila mengambilnya.
Bagi masyarakat desa Seloliman, Jolotundo banyak memberikan berkah dan manfaat terutama mengenai  hasil pertanian. Ladang  dan sawah sekitar Jolotundo dapat dipastikan tidak pernah kekurangan air. Selain itu  masyarakat sekitar dapat mengais rejeki dengan jasa ojek menuju lokasi Petirtaan Jolotundo, mendirikan warung – warung  dengan menjual makanan , sovenir  maupun hasil bumi daerah sekitarnya.
Kegiatan menarik lainnya pada lokasi ini adalah aktivitas kunjungan ke lokasi pada malam bulan Suro penanggalan Jawa. Masyarakat desa setempat melaksanakan upacara sedekah bumi dan bersih desa yang pelaksanaannya dilakukan di pelataran Jolotundo.
Prosesi upacara dipimpin oleh tokoh masyarakat yang telah dipercaya. Kegiatan upacara akan diawali dengan memberikan sesaji berupa hasil bumi yang diletakan diatas Jolotundo sebagai persembahan rasa sukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Lokasi Jolotundo bisa ditempuh dari tiga arah yaitu Surabaya, Malang dan Mojokerto. Dari Surabaya dapat menggunakan kendaraan umum jurusan Surabaya-Malang  turun di simpang tiga Japanan dilanjutkan menggunakan kendaraan umum jurusan Mojokerto turun di Ngoro Industri Persada (NIP) dilanjutkan menggunakan jasa  ojek ke lokasi, perjalanan  membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Dari Malang dapat menggunakan kendaraan umum jurusan Malang-Surabaya kemudian turun di terminal Pandaan dan dilanjutkan menggunakan jasa ojek  ke lokasi, perjalanan  membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Dari Mojokerto bisa melalui Pacet  menuju Trawas turun di Ngoro Industri Persada  dilanjutkan ojek ke lokasi. (Komper/Psu/Dd)
Editor: Ywn
Copyright©2018